Kemuliaan Pendidik & Amal Jariyah Yang Tak Terputus
Oleh: Ust. Abdullah Efendi, S.Pd., M.Pd.
Direktur Pendidikan Ponpes Ulul Ilmi Cendekia
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ? keluar dan menjumpai dua halaqah di masjid. Salah satunya sedang membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, sedangkan yang lainnya sedang belajar dan mengajarkan ilmu. Maka beliau bersabda, ”Keduanya berada di atas kebaikan. Yang ini membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, jika Dia berkehendak, Dia akan memberi mereka, dan jika Dia berkehendak, Dia akan menahan. Sedangkan yang ini belajar dan mengajarkan ilmu. ” Maka Nabi yang mulia mengatakan :
Sesungguhnya aku diutus sebagai seorang pendidik. Lalu beliau duduk bersama majelis yang belajar dan mengajar tersebut.“ (HR. Ibnu Majah : 229)
Hadist yang mulia ini mengajarkan, bahwa Nabi tengah membandingkan keutamaan dari 2 aktivitas utama, yakni membaca Al Quran serta berdoa dan mempelajari ilmu serta mengajarkannya. Namun, diantara 2 keutamaan ini, mempelajari ilmu serta mengajarkannya diposisikan lebih utama, dengan keputusan Rasulullah untuk duduk dengan yang tengah bermajelis ilmu. Didalam perspektif aulawiyat (keutamaan), yang lebih utama maka ini yang harus didahulukan. Menerapkan isi Al Quran, membutuhkan Ilmu, sedangkan menerapkan isi Al Quran tersebut adalah wajib. Sedangkan membaca Al Quran, dihukumi sunnah, dan sesuatu yang wajib tentu lebih utama dibanding yang sunnah. Dari hadist ini pula, dapat kita simpulkan bahwa keutamaan para penuntut ilmu dan mengajarkan ilmu, berada dalam posisi yang mulia, bahkan para malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu. Allah Ta’ala juga berfirman didalam Al Quran :
Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Mujadilah : 11)
Keutamaan disisi Allah dan Rasul-Nya sesungguhnya telah cukup bagi seorang penuntut ilmu, agar senantiasa istiqomah dalam jalan ini. Kemuliaan ilmu, tentu lebih besar dan tinggi dibanding kemuliaan harta. Ilmu itu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedang harta adalah warisan para Raja. Ilmu, akan menjaga pemiliknya selama hidupnya. Sedangkan harta akan dijaga oleh si pemilik seumur hidupnya.
Cukuplah kemuliaan ini membuat para pendidik dalam semua aspek pembelajaran, bersemangat dalam mengajarkan ilmu. Setelah seorang pendidik mempelajari ilmu yang bermanfaat baginya, menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupannya, maka langkah berikutnya bagaimana ia cinta terhadap mengajarkan ilmu. Keutamaan mengajarkan ilmu pula, telah disampaikan dalam sebuah hadist, dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah ? bersabda :
""Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim (1631), Sunan Abu Dawud (2880), Jami’ at-Tirmidzi (1376)
Dalam bahasa Arab, penggunaan idzaa yang disertai dengan illaa memiliki makna yang sangat penting, khususnya dalam konteks seperti hadits diatas, antara lain :
- Idzaa adalah huruf syarat (kata pengandaian) yang artinya "jika" atau "apabila", dan biasanya menunjuk pada peristiwa yang pasti terjadi atau umum terjadi di masa depan atau dalam kehidupan nyata. Ketika Nabi mengatakan → "Apabila manusia meninggal dunia" Artinya, ini adalah kondisi yang pasti terjadi bagi setiap manusia. Maka → "Terputuslah amalnya" maksudnya, bahwa manusia tidak lagi bisa menambah amal setelah kematian.
- Sedangkan illaa adalah huruf istitsna’ (pengecualian), yang berarti "kecuali" dari kalimat → "Kecuali dari tiga hal". Ini adalah pengecualian dari hukum umum. Jadi meskipun amal manusia terputus, ada tiga bentuk amal yang masih terus mengalir pahalanya walaupun ia sudah meninggal. Ketiga bentuk amal tersebut adalah tiga jenis amal yang terus mengalir pahalanya (shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan).
Siyaqul Kalam pada hadist diatas adalan pemberian motivasi Rasulullah kepada umat Islam agar menyiapkan amal-amal yang terus mengalir pahalanya walau sudah wafat. Secara umum, Nabi Muhammad ? sering menekankan pentingnya amal jangka panjang dan warisan kebaikan dalam berbagai bentuk. Hadits ini termasuk dalam rangkaian sabda beliau yang mendorong umat untuk memikirkan warisan spiritual dan sosial yang ditinggalkan setelah kematian, karena kehidupan dunia bersifat sementara.
Dalam konteks pembelajaran, hadits ini sangat relevan untuk menyadarkan bahwa: Waktu hidup sangat terbatas. Maka, lakukanlah amal yang memiliki "sistem otomatis pahala" yang terus berjalan, yaitu 3 hal tersebut. Adapun para pendidik, ketika shodaqoh jariyah mungkin belum mampu, namun ia memiliki 2 amal lainnya yang erat dengannya. Yakni mengajarkan ilmu yang bermanfaat, serta menghasilkan anak yang sholih yang akan mendoakan mereka. Pendidik, tentu bukan hanya guru, namun juga orang tua dirumah, seorang guru ngaji di Masjid/Mushola, seorang Trainer, seorang Motivator, seorang guru les, semua pada hakikatnya adalah pendidik. Adapun konten pendidikannya, adalah tentu yang bermanfaat bagi peserta didik, dunia dan akhirat.
Dalam hadist ini juga, kita petik saripati bahwa setiap muslim dianjurkan berpikir jangka panjang, bukan hanya untuk keselamatan hidup di dunia, tapi juga untuk afterlife (akhirat). Menurut Imam An-Nawawi rahimahullahu, dalam Syarh Shahih Muslim, setidaknya hadits ini datang sebagai:
- Penjelasan umum tentang bagaimana seseorang muslim bisa tetap mendapatkan pahala, bahkan setelah meninggal dunia.
- Sebuah motivasi untuk melakukan amal jariyah, yakni dengan wakaf, mengajarkan ilmu yang bermanfaat, dan mendidik anak agar menjadi anak yang shalih.
- Tidak disebutkannya secara pasti peristiwa atau sahabat tertentu yang menjadi sebab langsung munculnya hadits ini. Artinya, hadits ini merupakan ajaran universal yang tidak terikat pada kejadian tertentu, tetapi berlaku sepanjang zaman.
Demikianlah kemuliaan pendidik dan potensi amal yang tiada terputus baginya. Semoga menjadi satu pelesat kita untuk semakin baik memberikan kualitas pendidikan Islam, kepada generasi penerus umat di masa depan. Barakallahu fikum []
Kontributor Berita : Yenni Indri
Berita Terbaru
-
Kemuliaan Pendidik & Amal Jariyah Yang Tak Terputus
Kerja Sama Program Bahasa Arab bersama Lukman Al - Hakim Institute & Muassasah Li Taysiril 'Ulum Wa Nasyrihaa Al-Azhar
Simaan Bil Ghoib Al-Qur'an 3 Juz Muhammad Naufal Hilmi Kelas 10 Putra Bapak Arif Setiawan dan Ibu Nur Kasih
Simaan Bil Ghoib Al-Qur'an 5 Juz Tama Nuril Anwar Kelas 8A Putra Bapak Agus Anwar Sanusi dan Ibu Lilis Eka Sunarmiati
Hari Pertama Penilaian Akhir Semester (PAS) dan Ujian Sekolah (US) Kelas 12